Sunday, February 7, 2010

Mitos Seputar Kemarahan


Siapa yang tidak pernah merasa marah? Tentu setiap dari kita merasakannya. Apakah marah membuat kita tenang atau sebaliknya? Apakah marah merupakan bentuk ekspresi atas kekesalan? Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai kemarahan menghambat pengembangan diri kita. Untuk itu kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang dipercaya tentang kemarahan yang sebetulnya beberapa dari hal itu hanyalah mitos.

Dalam bukunya yang berjudul The Anger Management Sourcebook, Glenn R. Schiraldi dan Melissa Hallmark Kerr menjelaskan beberapa mitos tentang kemarahan sebagai berikut:

1. Melampiaskan amarah dapat meredakan kemarahan.
Melampiaskan amarah sebenarnya memperkuat jaringan saraf yang berkaitan dengan respon rasa marah. Menjadi marah akan melatih seseorang menjadi orang yang lebih pemarah.

2. Kemarahan yang hebat diperlukan untuk mengubah situasi.

Tuntutan untuk marah hanya muncul agar kita mendapatkan kekuatan yang kita inginkan. Seringkali rasa menghormati, keramahan akan lebih efektif dan membawa hasil yang tahan lama. Kita tidak ingin orang lain memperlakukan kita dengan penghinaan. Seringkali kemarahan yang hebat memunculkan benih dendam, dan dapat bersifat turun temurun.

3. Jika saya tidak marah, itu artinya saya tidak peduli
.
Marah hanyalah salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita peduli. Kepedulian dapat ditunjukkan melalui kesabaran, disiplin, memberi perhatian, meluangkan waktu, dan berbagi.

4. Orang yang membuat saya marah tidak berharga dan pantas mendapatkan kemarahan.

Tidak memanusiakan orang lain ibarat membuat kemarahan seseorang menjadi tahan lama. Manusia tidak luput dari cacat dan sesekali susah untuk dapat memahami sesuatu, tetapi itu bukan berarti mereka tidak berharga.

5. Meredakan kemarahan berarti sama saja menganggap orang yang berbuat salah itu baik-baik saja, tidak bersalah.

Ini hanya masalah cara kita belajar cara menghadapi orang yang berbuat salah dengan lebih dingin, efektif dan konstruktif.

6. Dunia ini penuh dengan orang-orang tolol dan menjengkelkan.

Dunia juga berisi keindahan. Masalahnya bukan hanya ketidaksempurnaan dunia dan hal-hal yang membuat marah. Masalahnya adalah pilihan fokus kita dan apa reaksi kita terhadap hal itu.

7. Pria dan wanita berbeda dalam hal marah.

Studi mengatakan bahwa pria dan wanita marah karena alasan yang sama, dengan intensitas yang sama pula. Biasanya pria memperlihatkan kemarahannya dengan bertindak secara fisik dan melalui kata-kata. Sedangkan wanita lebih sering dengan menangis.

8. Depresi adalah kemarahan yang terpendam.

Depresi adalah kesedihan, biasanya berkaitan dengan rendahnya citra diri. Namun bagaimanapun, orang yang depresi sering menunjukkan tingkat kemarahan dan kekhawatiran yang lebih tinggi. Ekspresi kemarahan berhubungan dengan beberapa jenis luka hati atau mental. Luka mental menurunkan kemampuan untuk berpikir logis dan juga meningkatkan kecenderungan untuk marah dan bertindak kasar. Orang yang kasar dua atau tiga kali lebih mudah terkena kelainan psikologis seperti depresi.

9. Marah adalah emosi alami dan dasar
.
Kemarahan tidak terjadi sendiri. Kemarahan mengikuti perasaan seperti takut, penghinaan, merendahkan, guncangan, rasa tidak berdaya, kebanggaan yang terluka, penolakan, dan sakit hati.

10. Orang-orang membuat saya marah. Saya tidak dapat mengendalikan kemarahan saya.

Ingat, Anda biasanya mengendalikan kemarahan ketika atasan Anda membetulkan pekerjaan Anda, atau ketika polisi memberikan tilang pada Anda. Jika Anda membiasakan diri untuk marah, hal itu akan menyebabkan Anda lebih sulit mengendalikan kemarahan. Kebiasaan dapat dipelajari dan lebih sering Anda mempelajarinya, semakin cepat pula kebiasaan itu terbentuk.

0 komentar:

Post a Comment

Apa yang anda pikirkan?? Hihihi